Krisis Energi, Lahir Energi Kreatif

Kalau saja Voll Johannes Bosco (57) tak ambil pusing dengan krisis listrik yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, mungkin penemuannya, radiant energy, tak pernah berwujud. Tapi ia peduli. Februari lalu, energi listrik yang memanfaatkan kekuatan angin ini dalam proses uji coba di kota Palu. Jika ini berhasil, anggaran pengadaan listrik untuk Sulawesi Tengah (Sulteng) akan terpangkas hingga miliaran rupiah.

Di kota Palu, energi kreatifnya membuncah. Ia menolak segala tawaran. Iming-iming uang miliaran agar ia mengabdi di institusi atau daerah lain, tak menjadikannya bergeming . “Jika Sulawesi Tengah sudah tak mengalami krisis energi, sudah tak membutuhkan tenaga dan pikiran saya, saya baru berpikir ke daerah lain. Mungkin ini idealis, tapi saya mencintai daerah ini,” ungkapnya.

Bisa jadi adalah kecintaan pada daerahnya, tapi di Palu seluruh sumber inspirasinya hadir. Ia mengamati seluruh kekayaan alam di Sulteng, entah itu matahari berupa energi panas, air maupun kekuatan angin, merupakan energi melimpah yang sangat sayang untuk ia abaikan. “Di kota inilah seluruh energi kreatif saya lahir”, tuturnya.

Temuan Sejumlah Energi Alternatif

Krisis energi adalah berkah tersendiri bagi Boy Voll, sapaan karibnya. Bagaimana tidak, seluruh kemampuannya ia kerahkan untuk meneliti dan membuat teknologi aplikasi berbasis energi alternatif. Bahan bakar minyak (hidrokarbon) semakin menipis. Ia memahami tanpa kepedulian untuk mengimbangi penggunaan hidrokarbon, kota Palu akan kembali ke titik nol. Energi yang ada akan terus menerus terkuras, tanpa ada perimbangan mencari energi alternatif, bumi akan rusak. Dan yang pasti, segala pekerjaan yang berkaitan dengan energi listrik dan bahan bakar minyak akan terbengkalai atau tak bekerja seperti biasa.

Boy tak mau tinggal diam. Indonesia yang berada pada garis katulistiwa adalah sumber energi alami yang sangat potensial. Terutama angin, panas bumi (matahari), maupun air. Angin dan air yang begitu melimpah di Palu, jadi bagian proyek penelitiannya. Ia menyadari, kedua energi ini jika sedari dulu telah dimanfaatkan, maka kiris listrik yang terjadi saat ini bukan lagi menjadi masalah besar bagi bangsa.
Pengurangan jam kerja untuk mengurangi pemakaian listrik, pada akhirnya berpotensi merugikan kalangan industri dan pemilik usaha. Ia meyakini apabila ada energi lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti solar atau bensin untuk menggerakkan listrik, kenapa tidak menggunakan energi itu. Menurut Boy, jika ingin memanfaatkan tenaga angin, pabrik atau industri bisa tetap jalan tanpa perlu terlalu bergantung pada PLN. Sejumlah negara industri telah memanfaatkan penerapan tenaga angin tersebut guna mengurangi pemakaian listrik.
Potensi air yang ada di Sulteng tak lepas dari pengamatannya. Danau Lindu dan Danau Poso dianggapnya sangat potensial menjadi pembangkit listrik tenaga air. Listrik seharusnya bukan menjadi kendala bila potensi air ini dimanfaatkan. Danau Lindu mencakup tiga wilayah, yakni Pemerintah Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Parigi Moutong. Ketiganya bisa bekerja sama membangun PLTA dengan menyisihkan anggaran dari APBD masing-masing, dibantu APBD provinsi dan APBN. Begitu juga dengan Danau Poso. Kalau kedua sumber air ini dimanfaatkan, Boy sangat yakin tak ada lagi krisis listrik di Sulteng.
“Menggunakan energi alternatif, akan mengurangi 85 persen biaya operasional listrik konvensional. Subsidi Rp 200 miliar per tahun, dapat dialihkan untuk kepentingan lainnya, misalnya menambah anggaran untuk penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna. Saat ini saja, biaya penelitian untuk pengembangan teknologi berbasis lingkungan hanya 0,0039 persen. Bandingkan dengan biaya lainnya, seperti biaya politik yang menggunakan anggaran negara miliaran rupiah,” tegasnya.
Perpaduan keprihatinan, kepedulian, ketelatenan dan bakat, menghasilkan sejumlah penemuan. Penemuan itu kini dapat dinikmati masyarakat Palu dan daerah pelosok di Sulteng. Pada tahun 2004 Boy telah memodifikasi kendaraan roda dua berbahan bakar bensin menjadi berbahan bakar air bercampur bensin. Tahun 2005 ia memodifikasi generator berbahan bakar bensin menjadi generator tenaga angin atau Permanent Magnet Win Generator disingkat (PM) Win Generator. Generator ini mirip cara kerja dinamo pada sepeda yang memanfaatkan angin sebagai kekuatannya untuk bergerak. Generator ini lebih dimanfaatkan lagi dengan hadirnya modifikasi lampu hemat energi. Lampu hemat energi ini adalah temuan awalnya yang mulai ia modifikasi tahun 2002. Dibandingkan dengan neon dan merkuri, lampu ini hemat listrik hingga 85 persen dan bisa digunakan lebih dari lima tahun.
Pemerintah daerah tadinya sangat khawatir karena biaya awal dianggap sangat besar. Padahal, jika pemda percaya, untuk proyek jangka panjang pemakaian energi alternatif ini sangat hemat. Ia meyakini dalam hitungan 12 tahun, biaya pengadaan energi listrik akan lebih murah, khususnya menggunakan sistem radiant energy. Dalam hitungannya, untuk lampu taman dan penerangan jalan di Palu, setiap satu triwulan biayanya Rp 633 juta. Dengan lampu hemat energi buatannya, biaya itu bisa ditekan menjadi Rp 39 juta. Seperti juga uji coba radiant energy, yakni listrik yang memanfaatkan ion negatif lebih banyak melalui energi udara ini, ia hanya menggunakan anggaran Rp 65 juta untuk pemakaian seluruh masyarakat kota Palu. Ia membandingkan dengan subsidi untuk PLN sebesar Rp 200 miliar per tahun. Lebih murah berkali lipat. “Anggarannya belum turun tapi saya optimis uji coba ini akan berhasil, makanya meski tak ada anggaran saya menggunakan dana sendiri untuk proyek ini,” tutur pensiunan pegawai RRI ini.
Pada 2004 ia membuat multipurpose gas, alat yang menghasilkan gas dengan cara elektrolisis air. Alat ini bisa digunakan untuk mengelas, menjalankan mesin, dan melebur besi. Pernah dicoba pada kendaraan roda empat, ternyata bisa menghidupkan mesin dan menjalankan kendaraan. Ia terus memodifikasi alat ini agar dapat ditempatkan pada bagian mesin mobil. Penelitian panjang ini kemudian akan direalisasikan pada tahun 2010 dengan membuat mobil hidrogen. Sebuah mobil yang dapat beroperasi hanya dengan tenaga matahari maupun berbahan bakar air. “Selain ramah lingkungan, juga lebih murah,” ucap lelaki yang sering berseloroh bahwa ia menamatkan sekolah hingga S3 ini, maksudnya SD, SMP dan SMA saja.
Cerita keberhasilan itu, tak lahir hanya dengan keberuntungan, tetapi juga menemui banyak kekecewaan. Pada 2004, ia sempat diminta TNI AL membuat sejumlah prototipe mobil ampibi dan rudal maupun roket. Prototipe diberikan, mereka lalu memodifikasi. Awalnya berjalan lancar, mobil dapat bergerak dan beroperasi di air, namun mengalami kegagalan ketika kembali naik ke darat. Kegagalan ini, ternyata menjadi cerita berkepanjangan tentang kegagalan Boy. Ia dikambinghitamkan. Namun keberhasilan prototipe rudal dan roket yang dirancangnya malah diklaim sebagai keberhasilan TNI. Toh, Boy tak ambil pusing. Hal itu malah membuatnya lebih bersemangat untuk berkarya. Segala hasil karya dan idenya tak akan ia patenkan. Kepuasannya bisa ia alihkan apabila karyanya dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. “Saya tak berpikir paten, ini hanya inovasi,” ucap tenaga ahli di laboratorium Pengembangan dan Penelitian Teknologi (LPPT) Kota Palu.

Website Pribadi Kena Hacker, Kartu ATM Terblokir

Penelitian yang ia lakukan hingga berbuah menjadi teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi banyak orang ternyata mengundang ancaman bagi pihak lain. Hal ini pula yang membuat hampir seluruh hasil kreasinya yang berbasis energi terbarukan tak digunakan secara massal. Sejumlah pihak merasa bisnis yang telah berjalan puluhan tahun dan meraup banyak keuntungan bakal mandek bahkan terhenti bila teknologi yang lebih ramah lingkungan itu diaplikasikan ke masyarakat.

Boy melihat hal itu banyak menimpa beberapa peneliti di luar negeri. Kalau mereka tak menerima uang sogokan bernilai miliaran dollar, maka nyawa mereka jadi taruhan. Ini terkait bisnis global dan kartel minyak di Arab Saudi.

Ancaman itu tak luput menyerangnya pula. Penelitian dan aplikasinya yang sudah diterapkan ke masayarakat ternyata mendapat perhatian sejumlah kalangan. Bukannya mendapat pujian, ia malah terancam. Situs pribadinya yang memuat sejumlah temuan dan pemikirannya terkena imbasnya. Situs tersebut terhack, hingga beberapa lama tak dapat dibuka. Begitupun kartu ATMnya tak dapat ia gunakan. Bukannya terblokir melalui bank, namun terblokir tanpa sepengetahuan pihak bank. “Ada rasa khawatir ketika itu, tapi ternyata tak berdampak lebih lanjut. Website dan kartu ATM saja yang terblokir,”ujar ayah tiga anak ini.

Lampu hemat energi, energi listrik berbasis energi terbarukan, hingga kendaraan berbahan bakar matahari dan air merupakan sekian banyak temuannya yang mengeliminasi banyak kepentingan. Baik kepentingan bisnis maupun kolusi. Meski pemerintah daerah sangat mendukung segala temuannya, tapi jika menyangkut kepentingan besar, tentu sulit melanjutkan program yang telah dirintis dan mendapat persetujuan tersebut. Ia bisa meyakinkan pemerintah daerah maupun legislatif, namun ia juga tak bisa menang dari para pihak yang bisa menyediakan dana lebih besar untuk menutup mulut pemegang keputusan.

Boy memberi contoh, rencana pengalihan PLTD menjadi PLTU di Palu tak berjalan mulus, lantaran hal ini menyangkut anggaran subsidi Rp 200 miliar per tahun yang akan terhenti. Ini tentu meresahkan beberapa pihak. “Kenapa program ini tak juga jalan karena menyangkut dana besar yang akan hilang bila listrik berbasis energi terbarukan ini dioperasionalkan,”terangnya.

Regenerasi

Satu hal yang diinginkannya adalah adanya regenerasi. Makanya, setiap penelitian dan perakitan teknologi tepat guna, ia selalu melibatkan siswa-siswa. Ia berharap siswa SMP, SMK dan Politeknik yang ada di Palu dapat mengikuti jejaknya. Tak ayal, pendidikan menjadi salah satu fokus utama yang juga tak luput dari perhatiannya. Ketika membuat kendaraan hidrogen, ia turut melibatkan siswa-siswa tersebut. Di Indonesia ini, Boy yakini dipenuhi manusia berpotensi dan cerdas. Ia melihat ketika olimpiade sains, kimia hingga fisika, yang acap menggondol emas berasal dari Indonesia. Hanya saja perhatian pemerintah terhadap manusia berpotensi tersebut masih sangat minim. Mereka masih kurang dihargai.

“Mereka ini yang saya yakini akan memproduksi dan memasarkan teknologi berbasis energi terbarukan ini,”ucapnya yakin.

Sama halnya ketika mengajukan proposal penelitian, ia harus berjibaku dengan domain politik yang menguras lebih banyak anggaran. Tahun ini, ia malah harus berlapang dada, pasalnya tak ada anggaran untuk penelitian. Ia sedih, di sejumlah negara industri, penelitian tentang energi terbarukan semakin gencar dan disediakan anggaran untuk green power. Namun di Indonesia, ia hanya bisa menelan ludah tak berharap banyak.

Soal regenerasi ini ada yang membuatnya sedih. Dari ketiga anaknya, salah satu anaknya yang bungsu mengikuti jejaknya menyukai mengutak-atik teknologi. Namun sayang, ia harus merelakan si bungsu kembali ke pangkuan Tuhan. Tepatnya setahun lalu, ia tewas kecelakaan setelah mengikuti lomba balap motor mewakili kota Palu. Kini kakek enam cucu ini hanya berharap, di antara keenam cucunya ada seseorang yang dapat mengikuti jejaknya. (NS)

Nama Lengkap : Voll Johannes Bosco
Nama Populer : Boy Voll
Tempat Tanggal Lahir : Palu, Sulawesi Tengah, 9 Januari 1953
Pendidikan : SD, SMP, dan SMA
Pendidikan nonformal : Mengikuti berbagai seminar dan pelatihan dalam dan luar negeri
Nama Istri : Mieke
Alamat : Jalan Kartini No. 21 Palu
Anak (3) : Bobby (34), Sarjana Ekonomi
Virna (31), Sarjana Sastra Inggris
alm. Ivan (30), Sarjana Komputer

Komentar

  1. nice posting...! :D

    2 bpk Voll : lanjut terus pak..jgn menyerah
    klo bisa penemuan2 bapak dibuat detail rangkaiannya mungkin dengan sebuah web khusus bpk yg khusus juga membahas penemuan bapak,dengan sebuah web khusus tsb bapak bisa mencoba meminta donasi keseluruh dunia

    BalasHapus

Posting Komentar