https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/upi-asmaradhana-berbagi-cerita-dan-harapan-untuk-jurnalis/baca
Upi Asmaradhana, Berbagi Cerita dan Harapan untuk Jurnalis
SKETSA – Kebebasan
pers saat ini masih belum sepenuhnya nyata. Tudingan miring bahkan
kekerasan kerap dilayangkan kepada insan pers yang memiliki tugas untuk
mewartakan. Ada banyak contoh peristiwa tak menyenangkan yang dialami
sejumlah jurnalis. Bahkan ada yang dilaporkan dan dibawa hingga ke meja
hijau, salah satunya jurnalis dari Makassar, Jupriadi Asmaradhana alias
Upi Asmaradhana.
Meski
menjadi waktu berakhir pekan, tak menjadikan kampus FISIP sepi pada
Sabtu (27/5) lalu. Terlihat sejumlah mahasiswa dari program studi Ilmu
Komunikasi datang sejak pagi untuk menghadiri diskusi jurnalistik di
ruang rapat HI FISIP. Bertajuk “Peluang dan Tantangan Jurnalis di Era
Pers Industri”, diskusi ini dihadiri Upi Asmaradhana.
Acara
ini dibuka oleh Anisa Arsyad selaku sekretaris kaprodi ilmu komunikasi
mewakili Endang Erawan yang saat itu berhalangan hadir. Nurliah dan
Andik Riyanto selaku dosen pembimbing mata kuliah pengantar jurnalistik
juga turut membersamai. Upi merupakan lulusan ilmu jurnalistik di
Universitas Hasanuddin. Ia memiliki sejumlah prestasi membanggakan, di
antaranya adalah sebagai peraih penghargaan UDIN Award. Ia
pernah memperjuangkan kebebasan pers dengan melawan aparat negara dan
berujung menjadi terdakwa di Pengadilan Negeri Makassar. Meski begitu,
Upi mengaku tak menyesal pernah mengalami masa-masa itu.
Dalam
diskusi, Upi mengatakan bahwa tantangan jurnalis khususnya media di era
perindustrian saat ini adalah kurangnya SDM dalam dunia jurnalistik.
Contohnya ialah kecilnya minat mahasiswa untuk menjadi wartawan dan
berpengaruh terhadap lahirnya jurnalis masa depan. Pria kelahiran 1974
itu tidak memungkiri bahwa kurangnya peminatan dalam jurnalistik
dikarenakan wartawan merupakan profesi yang memiliki tingkat resiko
tinggi. Namun di balik itu semua, menurutnya jurnalis haruslah merasa
bangga, karena tak semua orang berani mengambil sebuah keputusan yang
tidak mudah untuk menjadi jurnalis.
Saksi ahli dewan pers ini juga mengatakan bahwa ada empat dasar yang harus diketahui oleh seorang jurnalis yakni, to inform, di mana seorang jurnalis atau wartawan dapat membuat seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Kedua, to educated,
di mana seorang jurnalis bisa dikatakan sebagai guru atau dosen bagi
mereka yang menikmati hasil karya dan tulisannya, karena pena seorang
jurnalis dapat mengubah dunia. Ketiga, to entertaint,
tidak sekadar menghibur atau membuat orang tertawa, tetapi seorang
jurnalis harus bisa menjalankan fungsi-fungsi sebagai relawan
kemanusiaan yang dermawan dan memilki rasa empati yang besar. Terakhir
yaitu to control,
karena jurnalis merupakan agen kontrol sosial. Perannya dapat menjadi
pengingat publik mengenai hal yang tidak baik, meluruskan hal yang
bengkok dan membuka yang tersumbat.
Baginya,
media merupakan salah satu pilar demokrasi negara dan merupakan penjaga
hak masyarakat serta pembela kebenaran. Ia juga membagikan kiat-kiat
untuk menjadi seorang jurnalis atau wartawan, di antaranya harus
menguasai dua bahasa asing, selain bahasa ibu dan bahasa inggris. Lalu
kumpulkan niat dan belajarlah dengan tekun, perbanyak membaca dan
fokuslah pada bidang tersebut. Selain itu, agar bisa bertahan menjadi
seorang jurnalis kuncinya seperti yang dikatakan Upi, yaitu dengan
menjadi jurnalis yang jujur, menghargai profesi yang dijalani,
menjalankannya dengan benar serta menjaga integritas agar dapat menjadi
seorang jurnalis maupun wartawan yang bermanfaat bagi orang banyak.
Pukul
12 siang, kegiatan diskusi jurnalistik ditutup. Upi mengatakan bahwa ia
merasa terhormat dapat bertemu dan berbagi dengan mahasiswa. Ia
berpesan untuk seluruh mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia
jurnalistik untuk terus belajar dan menulis secara berulang-ulang.
Menguasai bahasa asing dan mempelajari teknologi, karena jurnalisme
sekarang adalah jurnalisme yang penuh dengan tools dari perkembangan teknologi.
Tak
ketinggalan, Upi juga turut berpesan untuk pers mahasiswa untuk tetap
tekun dan memperkuat konten liputan yang berkualitas dan berbobot agar
dapat bermanfaat serta dapat menjadi ajang untuk berkreasi.
“Saya
berharap kampus ini melahirkan jurnalis-jurnalis yang baik di masa yang
akan datang, karena orang-orang yang akan memperkuat jurnalisme itu
adalah anak-anak dari kampus. Kita harapkan mereka bisa menjadi SDM
jurnalisme masa depan," tutupnya. (ffs/adl)
Komentar
Posting Komentar