http://trustminutes16.blogspot.com/
SOSIAL : DESA MULAWARMAN TERANCAM AKAN HILANG
TRUSTMINUTES - Desa Mulawarnan, sebuah desa yang malang diapit oleh
tambang-tambang yang terletak di kabupatenTenggarong Seberang, Kabupaten
Kutai Kartanegara. Desa yang dulu menjadi lumbung padi, kini harus
berjuang untuk mempertahankan keberadaannya yang terancam hilang karena
dampak dari tambang.
Desa Mulawarman ini dibuka oleh pemerintah pada tahun 1981 untuk para
transmigran. Dengan luas wilayah awal adalah 2000 hektare, namun 500
hektare darinya menjadi lahan untuk tambang dan 1500 hektare untuk
persawahan dan ladang warga. Kini, luas desa kurang lebih 80 hektare
saja dan hanya ada sekitar 7 hektare yang bisa di garap. Masyarakat
yang dulunya adalah petani dan peternak kini terpaksa banting setir
pekerjaan mereka menjadi buruh kasar, karena lahan yang dulu mereka
garap kini sudah menjadi milik perusahaan tambang yang ada di sana.
Sebagian warga terpaksa menjual lahan sawah mereka kep erusahaan karena
mereka berpikir tidak ada lagi kesempatan untuk mengelola, karena
susahnya air untuk mengairi persawahan dan juga sungai yang sudah
mengering akibat kegiatan pertambangan yang sangat dekat dengan
pemukiman dan persawahan warga.
“Kalau dampaknya kebanyakan negatif yang kami dapat, karena kami tidak
bisa lagi menanami sawah kami sebaik dulu karena adanya tambang
ini,lahan juga sangat sedikit yang bisa ditanami. Ya kami sebagai warga
sedih, ketika musim kemarau kami sangat susah untuk mendapatkan air
bersih dan terpaksa membeli. Terus juga karena banyaknya kendaraan
tambang yang lewat mengakibatkan banyak sekali debu sehingga warga
rentan terkena penyakit pernafasan. Bahkan adik saya sendiri harus
merasakan akibat dari keganasan tambang ini, dia sempat menderita batuk
yang cukup lama dan sering keluar masuk rumah sakit”ujar Dio, salah satu
warga Desa Mulawarman ketika ditanya dampak dari tambang yang ada.
Keadaan Desa Mulawarman ini juga saat ini sudah mulai ramai menjadi
perbincangan di lingkungan mahasiswa terutama para mahasiswa yang
perduli terhadap hal lingkungan.
Alfa, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unmul ikut menyumbangkan
pendapat. “Ya sebagai mahasiswa kita harus bisa melihat situasi dan
kondisi , sebaiknya kita bertindak sesuai dengan peraturan yang ada,
kita juga tidak bisa membiarkan masyarakat di sana terus-terusan
menderita seperti itu, kita harus membantu mereka untuk menuntut hak
mereka, tapi caranya yang pinter lah, seperti memviralkan kondisi Desa
Mulawarman saat ini agar semakin banyak yang tahu dan melihat hal
tersebut. Dengan begitu, pemerintah bisa melihat dan bertindak.”
ungkapnya.
Saat ini memang mahasiswa di Unmul terutama di FISIP sudah sering
mendengar berita tentang Desa Mulawarman, seperti kata Ricard seorang
mahasiswa Administrasi Negara yang dulu sempat mengabdi pada masyarakat
Desa Mulawarman pada saat KKN, bahwa sebagai mahasiswa kita haruslah
berpikir kritis untuk menanggapi hal-hal sepertii ni.
“Kita sebagai mahasiswa terutama kita berada di Fakultas Sosial dan
Politik yang nantinya akan mengabdi di masyarakat kita harus bisa
membantu mereka, dengan cara menyadarkan tentang hak mereka, mendukung
mereka baik melalui materi dan mental dan juga kita harusnya bisa
menjadi pelopor bagi mereka untuk bisa menyuarakan bagaimana keadaan
masyarakat di sana. Mereka sangat membutuhkan orang orang yang berani
menyuarakan keadaan mereka. Dari pengamatan saya ketika KKN disana, saya
melihat bahwa masyarakat disana secara tidak langsung dibungkam.
Seperti waktu kami mau melakukan aksi yang sudah dipersiapkan tiba-tiba
malam sebelumnya kami disuruh berkumpul untuk musyawarah di balai desa
dan di sana ada tentara dan polisi, tentunya ini membuat mental
masyarakatmenjadi down.” ucapnya.
Ricard yang juga menjabat sebagai wakil presiden BEM FISIP Unmul
menambahkan bahwa BEM juga akan tangkap dan bergerak untuk menanggapi
terkait masalah Desa Mulawarman inid. BEM merencanakan kegiatan workshop
ke Desa Mulawarman untuk mendapatkan data yang lebih kongkrit dan bisa
merencanakan tindakan lebih lanjut.
Penulis : Samuel H Simanjuntak
Redaktur : jeri rahmadhani
Komentar
Posting Komentar